Peran puskesmas tangani Covid-19 belum maksimal

Hal ini terjadi karena terkendala masalah kebijakan sistemik hingga keterbatasan kapasitas SDM.

Masyarakat mengantre sebelum mengikuti tes usap Covid-19 di Puskesmas Kramat Jati, DKI Jakarta, Senin (27/7/2020). Beritajakarta/Nurito

Penanganan pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum memberikan hasil memuaskan. Ironisnya, puskesmas sebagai pilar sistem kesehatan terkendala masalah kebijakan sistemik hingga keterbatasan kapasitas sumber daya manusia (SDM).

Itu seperti dalam penelusuran kontak erat. Hasil survei kebutuhan puskesmas yang dilakukan Centre for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), Kawal Covid-19, dan Cek Diri menyebutkan, 47% fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) hanya melacak maksimal 5 kontak erat per 1 kasus terkonfirmasi.

Kemudian 34% melacak 5-10 kontak erat per 1 kasus serta masing-masing 7% melacak 11-15 dan 16-20 kontak erat per 1 kasus. Hanya 5% puskesmas yang melakukan pelacakan minimal 20 kontak erat per 1 kasus.

"Ini upaya utama yang harus diperkuat, terutama di tingkat puskesmas," ujar Direktur Kebijakan CISDI, Olivia Herlinda, dalam telekonferensi, Kamis (5/11).

Dirinya menyatakan demikian karena, sebagaimana hasil sebuah studi dengan pertimbangan angka dan kasus reproduksi, semestinya dilakukan pelacakan 20-30 kontak erat per 1 kasus. Apalagi, kapasitas tes, pelacakan, dan isolasi menjadi strategi utama untuk memutus rantai penularan Covid-19.