Perdoski sebut risiko penularan Mpox tidak semudah cacar air

Hingga Kamis (26/10), Kemenkes melaporkan 14 kasus terkonfirmasi Mpox.

Anggota Perdoksi, dr. Prasetyadi Mawardi, menyebut, risiko penularan Mpox tidak semudah cacar air. Freepik

Dokter spesialis kulit dan kelamin, Prasetyadi Mawardi, menyatakan, cacar monyet (monkeypox/Mpox) berbeda dengan cacar air. Bahkan, penularannya lebih sulit lantaranya berkaitan erat dengan perilaku sehingga berisiko pada komunitas tertentu.

"Mpox ini meskipun disebut penyakit menular, tapi risiko penularannya tidak mudah. Berbeda dengan cacar air yang penularannya sangat cepat, Mpox ini relatif lambat. Ini juga tergantung dari daya tahan tubuh setiap orang," tutur anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) itu.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Maxi Rein Rondonuwu, menambahkan, orang yang terinfeksi Mpox umumnya bergejala lesi pada kulit, seperti ruam merah, rusta, dan bernanah, disertai demam atau ada pembengkakan kelenjar, terutama di bagian paha. Kemudian, sakit saat menelan, nyeri tenggorokan, sakit otot, menggigil, badan sakit, kelelahan, mual, bahkan ada yang sampai diare.

"Ini gejala-gejala yang umumnya ada pada penderita Mpox," ucapnya. "Yang spesifik untuk membedakan Mpox dengan cacar air adalah adanya limfadenopati atau pembengkakan kelenjar getah bening."

Hingga Kamis (26/10), Kemenkes melaporkan 14 kasus terkonfirmasi Mpox, 2 kasus probable atau memiliki gejala dan kontak dengan orang positif Mpox, dan 9 kasus suspek atau memiliki gejala dan telah diambil sampel tinggal menunggu hasil.