sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Perilaku seksual dan darurat penularan cacar monyet

Mayoritas kasus cacar monyet atau mpox terjadi pada seseorang yang melakukan hubungan seksual sesama jenis dan berganti-ganti pasangan.

Rizky Fadilah Rizkia Salsabila
Rizky Fadilah | Rizkia Salsabila Rabu, 01 Nov 2023 20:00 WIB
Perilaku seksual dan darurat penularan cacar monyet

Pada Agustus 2022, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengonfirmasi pertama kali kasus cacar monyet (mpox). Pasien adalah seorang pemuda yang punya riwayat perjalanan ke Belanda, Swiss, Belgia, dan Prancis. Sejak itu, Indonesia menjadi bagian dari 115 negara yang melaporkan kasus mpox.

World Health Organization (WHO) melaporkan, dari 1 Januari 2022 hingga 30 September 2023, total kasus mpox di 115 negara sebanyak 91.123. Termasuk 157 kematian.

Sejak Oktober 2023, jumlah kasus mpox di Indonesia kian bertambah. Menurut Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi, per 31 Oktober 2023 sudah ada 27 kasus yang terkonfirmasi.

“Di Bandung satu kasus, Tangerang Selatan dua kasus, Kabupaten Tangerang dua, satu di Kota Tangerang, sisanya (21 kasus) di Jakarta,” kata Siti saat dihubungi Alinea.id, Selasa (31/10).

Pakar epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) mengatakan, sebenarnya kasus mpox di Jakarta dan sekitarnya sudah masuk kategori kejadian luar biasa. Sebab, diperkirakan jumlah kasusnya akan terus naik. Namun, kata Pandu, hingga kini Kemenkes atau Dinas Kesehatan DKI Jakarta tak pernah menyatakan kejadian luar biasa untuk mpox.

“Tapi ya jangan takut. Enggak apa-apa. Untungnya virus mpox ini adalah jenis yang tidak berbahaya, tidak mematikan, jadi dia akan sembuh sendiri,” kata Pandu, Selasa (31/10).

Gejala, penularan, dan pencegahan

Pandu menjelaskan, ciri khas mpox adalah terdapat ruam atau bercak merah di ketiak, selangkangan, leher, atau mulut, serta koreng. Seseorang juga akan merasakan sensasi gatal atau perih, disertai demam.

Sponsored

Terpisah, dosen pascasarjana bidang kesehatan masyarakat di University of Derby, Inggris Dono Widiatmoko menambahkan, penyakit itu juga menyebabkan pusing dan lemas. Lalu, kelenjar di tubuh membengkak. Ruam juga bisa melepuh dan pecah, sehingga menyebabkan gatal-gatal mirip cacar air.

Penularannya, sebut Pandu, melalui koreng yang dialami pasien, meski sudah sembuh. “(Lewat) gesekan kulit atau hubungan seksual,” kata dia.

Dijelaskan Pandu, seseorang bisa tertular akibat perilaku seks yang aktif. Semisal, seseorang yang punya banyak pasangan dan berganti-ganti. Melalui hubungan seksual dengan bergonta-ganti pasangan, seseorang tak tahu latar belakang kesehatan pasangannya.

“Yang sekarang banyak terjadi ada pada kelompok seksual laki-laki dengan laki-laki atau sejenis,” tuturnya. “Hampir semua yang teridentifikasi itu adalah laki-laki.”

Celakanya, menurut Pandu, sebagian yang terkonfirmasi mpox punya riwayat penyakit lain, seperti sifilis dan HIV, sehingga daya tahan tubuhnya lebih rendah. “Kalau mereka memiliki mpox dan berganti-ganti pasangan akan menularkan semakin banyak orang,” ucapnya.

Di samping hubungan seksual, Dono mengatakan, kontak kulit juga bisa terjadi dari berciuman atau oral seks. “Berbeda dengan cacar air, (mpox) risiko penularannya lebih terbatas,” ujar Dono, Selasa (31/10).

Perilaku hubungan seksual sesama jenis yang berisiko terkena mpox itu dibenarkan Dono. Menurutnya, dalam penelitian, karakteristik orang yang terkena mpox di luar negeri kebanyakan mereka yang punya riwayat hubungan seksual sesama jenis.

“Jadi kelompok orang yang menderita mpox ini diperiksa dan ditanyakan historinya. Mereka kebanyakan tertular dari pasangan hubungan seksual mereka,” ujarnya.

“Itu yang paling banyak ditemukan di dunia. Tetapi itu sebagian besar, bukan hanya terbatas pada mereka (sesama jenis).”

Dono bilang, jika seseorang memiliki hubungan sesama jenis berhubungan seks lagi dengan lawan jenisnya, akhirnya mpox juga menular. “Setelah dari kelompok mereka, kelompok lain (berisiko tertular), seperti anak-anak atau orang tua yang merupakan sebaran dari kelompok utama tadi,” kata dia.

Di Inggris, kata Dono, sudah dilakukan investigasi pada Februari 2022. Hasilnya, kasus mpox mulai banyak dan sebagian besar yang terinfeksi adalah laki-laki yang melakukan hubungan seksual sesama jenis.

“Awalnya dari situ, kemudian menyebar ke kelompok lain,” ucapnya.

Untuk pencegahan, Pandu menyarankan melakukan edukasi untuk orang yang aktif berkegiatan seksual. “Mengurangi kegiatan seksual mereka, selama wabah atau kejadian luar biasa mpox ini,” ujarnya.

Lalu, jika ada gejala demam dan terdapat ruam di kulit, Pandu mengingatkan, agar segera diperiksa. Bila terkonfirmasi mpox, pasien dianjurkan isolasi mandiri. Dono menambahkan, pasien mpox juga tak boleh melakukan hubungan seksual.

“Isolasi mpox bisa dilakukan antara dua sampai empat minggu,” tutur Dono.

Menurut Dono, mpox masih bisa menjangkit orang yang sudah terkena sebelumnya. Namun, biasanya orang yang sudah pernah terinfeksi akan memiliki imunitas, sehingga relatif tak begitu berdampak.

Terlepas dari itu, Pandu mengatakan, vaksin mpox sudah ada, tetapi mahal dan terbatas jumlahnya. “Dan biasanya sulit untuk menjangkau penduduk dengan perilaku (seksual) tersebut karena sudah terstigma.”

Sementara Siti mengungkap, vaksin mpox memang tersedia. Namun, hanya untuk 477 pasien dan fokus di Jakarta. “Ada kriteria karena terbatasnya vaksin. Jadi, lebih dipentingkan dalam upaya pencegahan,” ucap Siti.

Soal pengobatan, Pandu bilang, itu hanya untuk rasa nyeri, bukan antivirus. “Karena untuk antivirusnya itu sendiri mahal dan tidak banyak tersedia,” katanya. “Sebenarnya, tidak diobati juga akan sembuh sendiri.”

Berita Lainnya
×
tekid