Gaduh Omicron: Pemerintah 'mbalelo', publik membeo

Masyarakat cenderung bingung dengan sikap pemerintah merespons kehadiran varian Omicron di Indonesia.

Ilustrasi virus Covid-19. Alinea.id/MT Fadillah

Terik matahari yang menyinari langit Tangerang Selatan, Banten, Jumat (7/1) siang, tak menyurutkan semangat kerja Ryan Saputra. Dengan getol, pemuda berusia 29 tahun itu berkeliling ke sejumlah toko untuk "menjajakan" dagangannya. 

Berprofesi sebagai tenaga penjualan di sebuah perusahaan elektronik membuat Ryan harus berinteraksi dengan banyak orang. Meski begitu, tak terbersit kekhawatiran di benak Ryan bakal ketularan Covid-19. Ia lebih takut tak membawa pulang uang ke rumah. 

“Bisa mati kelaparan yang ada. Yang gue tahu virus ini terus bermutasi. Kemarin kan Delta, sekarang Omicron. Delta aja lama-lama bisa turun kasusnya. Artinya, enggak menutup kemungkinan juga (varian Omicron) ini juga bisa turun,” ucap Ryan saat berbincang dengan Alinea.id.

Sejak 16 Desember 2021, Omicron tercatat masuk ke Indonesia. Per Sabtu (8/1), sudah ada 333 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 varian tersebut. Mayoritas pasien tertular usai pulang dari luar negeri. Sebanyak 23 orang di antaranya tertular di tingkat komunitas. 

Berbeda dengan varian Delta yang membawa Indonesia ke puncak pandemi Juli lalu, pemerintah terkesan "menyepelekan" varian Omicron. Pemerintah hanya mengeluarkan kebijakan menutup pintu kedatangan dari sejumlah negara dan memberlakukan karantina warga yang datang dari luar negeri. Tidak ada pengetatan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).