Psikolog: Jangan buru-buru beraktivitas kembali di sekolah

Pemerintah menerapkan new normal pada awal Juni 2020.

Siswa SD berkerumun saat membuat sebuah kerajinan di sekolah. Flickr/Tobucil & Klabs

Psikolog sekaligus Koordinator Divisi Pencegahan pada Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Ruhui Rahayu Kalimantan Timur (Kaltim), Siti Mahmudah Indah Kurniawati, menyarankan, pihak terkait tak terburu-buru menerapkan belajar di sekolah saat tatanan normal baru (new normal).

"Juli nanti masuk tahun ajaran baru dan ada wacana peserta didik akan kembali ke sekolah dengan penerapan new normal dalam skenario protokol Covid-19. Namun, apakah anak-anak bisa mematahui protokol ini?" ucapnya di Kota Samarinda, Senin (1/6).

Dirinya mengungkapkan, menerima puluhan pesan singkat melalui surat elektronik (surel), WhatsApp, dan pesan langsung (direct message/DM) via Instagram mengenai kegelisahan orang tua terkait kembali ke sekolah, beberapa hari terakhir. Sejumlah orang tua, dalam pesan itu, mengaku cemas kala kegiatan belajar mengajar (KBM) diadakan lagi di fasilitas pendidikan.

Ada beberapa hal yang dipertanyakan. Bagaimana kesiapan anak-anak, berapa lama waktu belajar, risiko yang akan dihadapi, apakah anak-anak bisa saling kerja sama untuk menghindari penularan coronavirus baru (Covid-19), kebijakan sekolah untuk mencegah munculnya klaster baru, dan efektivitas protokol kesehatan, misalnya.

Pun apabila mengacu definisi normal baru, imbuh Siti, merupakan skenario mempercepat penanganan Covid-19 dalam aspek kesehatan dan sosial ekonomi. Implementasinya ujuga dengan mempertimbangkan studi epidemiologis dan kesiapan regional.