Radikalisasi via internet suburkan teroris lone wolf

Anak muda disebut mudah akses situs bermuatan radikal.

Kampanye setop terorisme/Pixabay

Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas), Benny Mamoto, mengatakan, anak muda sangat mudah mengakses situs yang diterka bermuatan radikal. Di sisi lain, mereka malah tidak akses kanal institusi yang menangani masalah teror.

"Ini terbukti setelah kami menangani jihadis milenial, saya interview, saya tanya, kamu pernah akses nggak website institusi yang menangani masalah teror? (Dijawab) Enggak, pak, buat apa saya akses itu, saya sudah tahu isinya apa," ujarnya dalam webinar Crosschek, Minggu (4/4).

Menurutnya, situs yang tak jelas pengelolanya malah digandrungi anak muda. Padahal, informasinya berisi hal-hal yang mengarah ke proses radikalisasi.

Pada kesempatan yang sama, pakar psikologi forensik Reza Indragiri Amriel, mengatakan, dalam psikologi sudah dikenal istilah adiksi internet, sosial media, dan gangguan kecemasan akibat media sosial. Menurutnya, istilah itu menunjukkan kuatnya pengaruh internet.

Kemajuan teknologi, jelas Reza, berpotensi membuat seseorang bisa meradikalisasi diri sendiri. Dia menyebut proses itu dengan dua mekanisme, yaitu self radikalization dan self recruitment.