Rapid test: Cara kilat tak akurat lacak penularan Covid-19

Pemerintah mengambil opsi rapid test atau tes cepat untuk melacak penularan Covid-19. Apakah efektif?

Ilustrasi rapid test. Alinea.id/Hadi Tama.

Pemerintah memilih opsi rapid test (tes cepat) untuk melacak penularan coronavirus jenis baru atau Covid-19. Rencananya, pemerintah akan mengimpor sebanyak 1 juta alat rapid test. Akan tetapi, saat ini baru menyediakan 125.000 alat rapid test yang akan dibagikan ke seluruh Indonesia.

Rapid test pertama dilakukan di Jakarta Selatan pada Jumat (20/3), sebagai wilayah yang tingkat penularannya besar. Menurut juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19 Achmad Yurianto, rapid test di Jakarta Selatan berhasil menjaring beberapa orang yang dinyatakan positif terjangkit Covid-19. Namun, lebih banyak ditemukan kasus yang negatif.

Rapid test ini merupakan langkah awal untuk secepat mungkin mendeteksi persebaran coronavirus dalam masyarakat. Ini baru tahap screening,” kata Yuri saat konferensi pers di Gedung Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta, Senin (23/3).

Yuri mengatakan, seseorang yang dinyatakan negatif tidak ada jaminan mereka tak akan tertular coronavirus. Metode yang mengambil sampel darah seseorang ini diperlukan beberapa hari lagi untuk dites ulang, memastikan apakah seseorang tertular atau tidak.

Pemeriksaan lebih akurat dilakukan dengan metode polymerase chain reaction (PCR), yang mengambil sampel lendir seseorang. Jika hasilnya positif, pasien akan dirujuk ke fasilitas kesehatan untuk diisolasi.