Reaksi keras buruh tolak kebijakan new normal

KSPI beberkan lima alasan menolak kebijakan new normal

Aktivitas buruh melakukan proses produksi di salah satu pabrik di Kudus, Jawa Tengah, Selasa (12/5/2020)/Foto Antara/Yusuf Nugroho.

Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) menolak new normal atau kenormalan baru karena dianggap membingungkan buruh. Pasalnya, peloranggaran via new normal justru akan meningkatkan mobilitas dan bisa memicu bertambahnya jumlah positif terpapar coronavirus disease 2019 atau Covid-19.

“Saat ini saja ketika masih diberilakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) banyak yang tidak patuh. Apalagi jika diberi kebebasan,” ujar Presiden KSPI Said Iqbal dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Kamis (28/5).

Untuk itu, KSPI meminta pemerintah melawan penyebaran Covid-19 dengan tetap mengampanyekan physical distancing dan meliburkan buruh secara bergilir.

Said menambahkan, pengurangan jumlah orang beraktivitas di luar rumah justru bisa mendorong physical distancing, dan bisa memutus mata rantai penularan Covid-19 tanpa mematikan perekonomian.

Said lantas membeberkan lima alasan menolak kebijakan new normal tersebut. Pertama, jumlah orang yang positif corona masih terus meningkat. Bahkan, pertambahan kasus positif baru setiap hari masih mencapai ratusan.