Sengkarut mengelola limbah medis Covid

Pandemi Covid membuat jumlah limbah medis bejibun. Tak semua fasilitas kesehatan dan daerah memiliki pengolahan limbah memadai.

Ilustrasi. Foto Pixabay.

Sepuluh bulan pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Penambahan jumlah kasus infeksi virus SARS-CoV-2, penyebab Covid-19, masih tinggi. Belum ada tanda-tanda kasus infeksi virus menurun.

Data Satgas Penanganan Covid-19 per 16 Desember 2020 pukul 12.00 WIB tercatat kasus konfirmasi Covid-19 sebanyak 6.725 orang. Lebih tinggi dari sehari sebelumnya, sebesar 6.120 kasus. Selain membebani tenaga medis, jumlah kasus yang terus bertambah memperberat penanganan limbah medis.

Profil Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada 2017 tentang pengelolaan limbah medis di Asia Tenggara mencatat, timbunan limbah medis di Indonesia mencapai 0,68 kilogram per pasien per hari. Saat Covid-19, jumlah limbah medis seperti masker, sarung tangan, tisu, jarum suntik, dan botol infus makin bejibun.

Dari 536 fasilitas pelayanan kesehatan yang mengirimkan data limbah Covid-19 ke Kementerian Kesehatan (Kemenkes), rata-rata timbunan limbah Covid-19 mencapai 1,7 kilogram per pasien per hari. Berarti terdapat peningkatan limbah medis sebesar 1,02 kilogram per pasien per hari saat Covid-19.

Tidak semua fasilitas layanan kesehatan memiliki pengolahan limbah medis. Sebagai gantinya, mereka  bisa menyerahkan pengolahan limbah kepada pihak ketiga. Namun, langkah ini pun bukan tanpa masalah. Selain jumlahnya terbatas, perusahaan pengolah limbah itu menumpuk di Jawa.