Serba salah vaksin Nusantara

Jika mengikuti tahapan penelitian, vaksin Nusantara bisa jadi kehilangan momen sebagai obat Covid-19.

Ilustrasi vaksin Nusantara. Alinea.id/Oky Diaz

Puja-puji diutarakan mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan terhadap vaksin Nusantara yang kini tengah dikembangkan tim peneliti Universitas Dipenogoro (Undip), RSUP Kariyadi Semarang, dan Balitbang Kementerian Kesehatan. 

Dalam tiga seri tulisan yang diunggah di laman disway.id, beberapa hari lalu, Dahlan mengulas tuntas vaksin inisiatif eks Menkes Terawan Agus Putranto itu, mulai dari keampuhannya, cara kerjanya, hingga orang-orang yang berjasa di belakang layar. 

Menurut Dahlan, jika sukses dikembangkan, vaksin dengan teknologi pengembangan sel dendritik itu bakal menuntaskan pandemi di Indonesia secara permanen. Pasalnya, vaksin Nusantara bisa menghasilkan antibodi hingga seumur hidup. 

"Tidak seperti vaksin yang sudah ada: hanya bertahan 1 tahun. Ada yang bilang 9 bulan. Bahkan lebih pendek lagi. Artinya, kalau pandemi tidak selesai 6 atau 9 bulan lagi kita harus vaksinasi lagi," tulis Dahlan.

Keunggulan lain vaksin Nusantara adalah metode sekali suntik dan bisa disimpan di suhu lemari pendingin biasa. Kalau listrik mati pun, Dahlan mengklaim vaksin Nusantara tidak bakal rusak. "Berarti cocok sekali dengan kondisi Indonesia," imbuh dia.