Sukarnya anak-anak keluarga miskin mengakses pendidikan

Laporan BPS menunjukkan, anak-anak dari keluarga ekonomi rendah sulit menggapai pendidikan hingga perguruan tinggi.

Ilustrasi ruang kelas. Alinea.id/Catharina

Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, tengah menghadapi pekerjaan rumah di sektor pendidikan. Sebab, berdasarkan hasil penyesuaian data dengan DPRD Banyuwangi, ada 4.834 anak putus sekolah selama 2022.

Karenanya, tahun ini Pemkab Banyuwangi menambah dana hibah pendidikan sebesar Rp13 miliar untuk digunakan sebagai program beasiswa insidental, beasiswa bidikmisi, Garda Ampuh, biaya hidup, uang saku, dan uang transportasi.

Putus sekolah memang menjadi salah satu problem dunia pendidikan Indonesia. Data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) mencatat, jumlah anak putus sekolah di Indonesia pada tahun ajaran 2020/2021 sekitar 83.700 dari tingkat SD hingga SMA. Provinsi Jawa Barat tercatat paling banyak anak putus sekolah, yakni 10.884 orang.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Statistik Pendidikan 2022, selama 2022 terdapat 1 dari 1.000 penduduk yang putus sekolah di jenjang SD, 10 dari 1.000 penduduk putus sekolah di jenjang SMP, dan 12 dari 1.000 penduduk yang putus sekolah di SMA.

“Angka putus sekolah pada semua jenjang pendidikan di perdesaan lebih tinggi dibandingkan di perkotaan,” tulis BPS dalam Statistik Pendidikan 2022.