Survei: Hanya 35% pekerja laksanakan WFH di DKI Jakarta

LaporCovid-19 bersama Social Resilience Lab NTU Singapura lakukan survei PSBB DKI Jakarta.

Pekerja Kantoran di DKI berjalan di sekitar Bundaran HI, Jakarta/ Foto Antara.

LaporCovid-19 bersama Social Resilience Lab Nanyang Technological University (NTU) Singapura menggelar survei kondisi psikososial masyarakat DKI Jakarta ketika Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) kedua diberlakukan sejak Senin (14/9/2020).

Hasilnya, secara keseluruhan, warga DKI Jakarta semakin sadar terhadap bahaya pandemi Covid-19 dibandingkan tiga bulan lalu. Kesadaran warga DKI Jakarta semakin tinggi karena banyak orang yang dikenal responden terpapar Covid-19.

Temuan lainnya adalah sebanyak 24% warga DKI Jakarta mengalami perubahan status pekerjaan selama masa pandemi. Dari mereka yang kehilangan pekerjaan dan banting setir menjadi wirausaha, hingga yang harus menerima konsekuensi pemotongan gaji.

Terkait anjuran bekerja dari rumah atau work from home (WFH), LaporCovid-19 bersama Social Resilience Lab NTU Singapura juga menemukan hanya 35% yang menjalankannya.

Sedangkan sebanyak 26% melaksanakan anjuran WFH untuk sebagian pekerjaannya, dan sebesar 20% responden terpaksa bekerja di luar rumah karena mata pencaharian mengharuskannya.