Tarif KRL Jabodetabek diusulkan naik

Djoko menilai, ini untuk mengurangi beban pemerintah perlu ada restrukturisasi tarif KRL.

Penumpang kereta rel listrik (KRL) commuter line menunggu kereta di Stasiun Tanah Abang, Jakarta, Selasa (9/6/2020). Foto Antara/Muhammad Adimaja/hp.

Tarif kereta rel listrik (KRL) dinilai perlu dinaikkan. Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno mengusulkan, rencana perubahan pola tarif bersubsidi diberikan bagi yang bepergian ke suatu kota untuk bekerja dan balik ke tempat tinggalnya setiap hari (penglaju).

"Untuk mengurangi beban pemerintah, perlu ada restrukturisasi tarif KRL," kata Djoko dalam keterangan tertulis, Senin (15/6).

Beberapa tahun lalu, telah dilakukan kajian rencana perubahan pola tarif KRL Jabodetabek, oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Perkeretaapian. Dia mengungkapkan, pada hari Sabtu, penumpang penglaju sebesar 5% dan hari Minggu hanya 3%. Sedangkan, penumpang KRL pada akhir pekan kebanyakan bermobilitas dengan tujuan berwisata, hingga berbelanja. "Perlu dikurangi secara bertahap, penghilangan subsidi akhir pekan," bebernya.

Semua industri transportasi babak belur. Menurut dia, penanganan Covid-19 telah membatasi pergerakan manusia dan kapasitas. Namun, berlaku efektif di hilir saja. Kemudian, Di hulu, travel demand management (TDM) masih kedodoran dalam membatasi pergerakan manusia.

Menurut Djoko, ke depan sistem pembelian layanan (buy the service) yang dirintis oleh Ditjenhubdat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) juga harus ada klausul penggunaan dana untuk pelaku industri saat terjadi force majeur seperti saat ini.