Tragedi di Kanjuruhan sama seperti tragedi di Peru: Penonton ke lapangan, aparat tembak gas air mata

Tragedi maut di Lima dan di Malang itu diawali dengan masuknya suporter ke tengah lapangan.

Peristiwa di Peru terjadi di Estadio Nacional di Lima Peru ketika laga Peru menghadapi Argentina pada 24 Mei 1964. Foto IST

Dengan korban tewas mencapai sedikitnya 129 orang, tragedi Kanjuruhan menjadi peristiwa kedua yang memakan korban terbanyak di dunia, di bawah tragedi yang terjadi di Peru 57 tahun lalu. Peristiwa di Peru terjadi di Estadio Nacional di Lima Peru ketika laga Peru menghadapi Argentina pada 24 Mei 1964. Sebanyak 328 orang tewas. Peristiwanya nyaris serupa dengan yang terjadi di Kanjuruhan.

Tragedi maut itu diawali dengan masuknya suporter ke tengah lapangan karena tidak puas atas keputusan wasit. Aparat keamanan di dalam stadion itu pun menembakkan gas air mata ke arah kerumunan sehingga menimbulkan kepanikan masal. 

Kematian korban umumnya disebabkan oleh kesulitan bernafas dan terinjak-injak. 57 tahun berlalu, aparat di Indonesia melakukan tindakan yang sama dalam penanganan suporter yang masuk ke tengah lapangan di Stadion Kanjuruhan. Gas air mata bahkan ditembakkan ke arah tribun yang masih dipenuhi ribuan penonton. 

Dalam pertandingan sebelumnya Arema kalah dari Persebaya Surabaya 2-3. Hasil ini yang membuat sejumlah suporter turun ke lapangan. 

Dalam peraturan FIFA, padahal disebutkan bahwa penggunaan gas air mata untuk menangani kericuhan suporter tidak diperkenankan di dalam stadion.  Pasal 19 huruf b FIFA Safety and Security Stadium itu, berbunyi, "no firearms or 'crowd control gas' shall be carried or used".