Tunggakan sewa dan nestapa penghuni rusunawa

Banyak penghuni rusunawa mengunggak biaya sewa hunian. Beberapa di antaranya mengaku tak sanggup membayar karena gaji suami tak cukup.

Pemprov DKI Jakarta pernah melontarkan wacana menghapus tunggakan sewa bagi penghuni rusunawa. Alinea.id/Oky Diaz.

Sudah sekitar lima tahun Suhani menghuni rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Daan Mogot, Jakarta Barat. Ia merupakan salah seorang korban gusuran dari bantaran Kali Apuran, Jakarta Barat.

Untuk tinggal di rusun ini, ia dan suaminya harus merogoh kocek Rp187.000 per bulan untuk biaya sewa. Suhani mengaku, biaya sewa itu masih cukup berat, ditambah lagi beban biaya untuk listrik dan air yang terpisah dari biaya sewa.

"Saya hanya ibu rumah tangga, suami pun cuma kuli pengumpul karton yang kerjanya tidak tetap, dan punya tanggungan dua anak. Buat kami itu cukup berat," tuturnya saat ditemui Alinea.id di Rusunawa Daan Mogot, Jakarta Barat, Senin (1/7).

Suhani mengatakan, sudah setahun ini ia menunggak biaya sewa hunian. Ia mengaku tak sanggup membayar dengan sekadar menggantungkan pemasukan dari suaminya, yang hanya di bayar Rp4 per karton yang dipulung.

"Di tambah denda tiap bulannya semakin berat saja itu membayarnya," ucapnya.

Masalah biaya sewa juga dikeluhkan penghuni rusunawa lainnya, Vera Nahuway. "Harusnya bebas tunggakan untuk rusun-rusun blok ya, karena banyak yang tinggal di sana itu orang-orang kurang mampu dan lansia," katanya.

Selain itu, Vera menyayangkan ada kenaikan tarif sewa, yang terjadi belakangan ini. “Ada kabar rusun mau diganti jadi apartemen waktu itu, tarif listrik dan air juga naik,” tuturnya.