Upaya GrabFood jaga kualitas saat pandemi Covid-19

Layanan Pengantaran Tanpa Kontak, salah satu kebijakan Grab.

Seorang mitra pengantaran GrabFood mengambil pesanan pelanggan dari suatu penjual. Dokumentasi Grab Indonesia

Penyebaran pandemi coronavirus baru (Covid-19) "memukul" perekonomian nasional. Dampak terparah dirasakan para pekerja informal, menyusul menyusutnya kegiatan masyarakat di luar imbas kebijakan jaga jarak fisik (physical distancing) dan beraktivitas di rumah.

Krisis ini juga berimbas terhadap meningkatnya kesadaran publik atas hidup bersih dan sehat. Apalagi, virus SARS-CoV-2 mudah menular dan menyebar. Khususnya, melalui tetesan kecil (droplet) saat batuk ataupun bersin.

Di sisi lain, jasa pengantar makanan daring seperti GrabFood menjadi alternatif masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup dasarnya. Namun, risiko mitra Grab yang bertugas―salah satu kelompok pekerja informal―terpapar Covid-19 tergolong tinggi. 

"Saya masih mengantarkan makanan setiap hari, karena saya tahu banyak masyarakat yang membutuhkan makanan untuk dirinya sendiri dan keluarganya. Selain itu, saya juga masih memiliki tanggung jawab untuk menghidupi anak dan istri," kata seorang mitra pengantaran GrabFood, Yasa Sepriana.

Karenanya, dia selalu mengikuti arahan GrabFood selama mengais rezeki di jalanan untuk meminimalisasi risiko terinfeksi Covid-19. Di antaranya, mencuci tangan usai mengantarkan pesanan, memakai masker, dan membawa pembersih tangan (hand sanitizer) ke mana pun pergi.