Vaksinasi gotong royong bisa patahkan prediksi The Economist

The Economist prediksi vaksinasi Indonesia molor hingga 2023

Presiden Jokowi saat disuntik vaksin Covid-19. Foto Setkab.

Peneliti lembaga kajian ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Rusli Abdullah menilai vaksinasi gotong royong akan mempercepat proses kekebalan komunitas atau herd immunity.

Untuk itu, prediksi laporan The Economist Intelligence Unit bahwa Indonesia sebagai negara middle income  baru bisa menyelesaikan distribusi vaksin Covid-19 hingga 60% populasi pada kuartal III 2023, akan terbantahkan. Sebelumnya, The Economist menempatkan Indonesia masuk daftar negara yang baru akan berhasil memvaksin 60-70% pada rakyatnya pada 2023.

"Mungkin dengan ada vaksin gotong royong, itu bisa mempercepat ya availablelitas dari vaksin itu, sehingga tidak di 2023, tetapi di 2022," kata Rusli, dalam webinar "Menyongsong Vaksin Gotong Royong," Selasa (23/2).

Kendati demikian, Rusli menilai pemangku kewenangan perlu memerhatikan berbagai hal agar proses vaksin gotong royong berjalan lancar. Terutama, kata dia, harus memastikan narasi vaksin gotong royong tidak gugurkan vaksinasi gratis.

"Itu perlu dicamkan ya. Saya bayangkan begini, ada perbincangan begini, wah kamu bekerja di PT A sudah dapat vaksin. Saya sebagai pedagang warteg tidak divaksin. Ini bagaimana? Nah kalau ini narasi yang besar di medsos, tentunya proses pemulihan ekonomi atau pemulihan kesehatan akan terhambat," terang Rusli.