Vaksinasi tahap pertama untuk nakes, mengapa bukan lansia dan OTG?

Nakes miliki risiko tinggi terpapar Covid-19 dan berperan penting dalam penanganan pandemi.

Prof dr. Cissy Kartasasmita/Foto dokumentasi Kementerian Kesehatan RI.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Cissy Kartasasmita mengungkapkan, kadar antibodi pasien Covid-19 yang telah dinyatakan sembuh bervariasi. Jika dicek, maka kadar antibodi dapat bertahan dalam tempo 1-6 bulan. Kadar antibodi perlu melewati ambang tertentu untuk mencegah seseorang jatuh sakit pascaterinfeksi Covid-19.

Dia menjelaskan, vaksin bukanlah obat, namun mengandung virus Covid-19 yang telah dilemahkan atau dimatikan. Saat disuntikkan, vaksin akan merangsang sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi. Vaksin Covid-19 buatan Sinovac ini dinilai mampu merangsang pembentukan antibodi dalam tubuh untuk membunuh dan menetralkan virus hingga 99,23%.

“Pada tahap pertama ini, sebelum ada hasil penelitian yang lebih lengkap, pemerintah memutuskan tidak memberikan dulu kepada yang pernah terpapar Covid-19. Jadi, OTG (orang tanpa gejala) itu kalau di swab ketahuan positif Covid-19, dia tidak masuk kategori divaksin sekarang, tetapi tahap berikutnya,” ujar Cissy dalam diskusi bertajuk ‘Jaminan Keamanan Vaksin Covid-19’ bersama Alinea.id, Kamis (14/1).

“(Entah) bulan Mei, Juni, atau Juli, sesudah ada penelitian yang lain, data-datanya lengkap. Baru kita tahu, siapa saja yang boleh sebetulnya. Tetapi mendingan memberi ke yang belum punya antibodi daripada yang sudah sakit, karena mungkin sudah punya antibodi,” imbuhnya.

Jika ketersediaan vaksin Covid-19 sudah memungkinkan, lanjut Cissy, maka para OTG dapat disuntik. Untuk tahap pertama penyuntikan vaksin Covid-19 lebih menyasar tenaga kesehatan (nakes). Sebab, nakes memiliki risiko tinggi terpapar Covid-19 dan berperan penting dalam penanganan pandemi. Untuk lansia, vaksin Covid-19 akan disuntikkan menunggu tahapan selanjutnya.