Waketum MUI: Pancasila cocok di Indonesia

"Dengan suku yang berbeda-beda, bahasa, dan ras berbeda, maka alat perekatnya adalah tawassut, di tengah," ujar.

Gedung dan lambang Majelis Ulama Indonesia (MUI). Foto dok mui.or.id.

Wakil Ketua Majelis Ulama Indoneisa (MUI) Marsudi Syahud menyatakan bahwa Indonesia merupakan negara tawassuth.Dia mengungkapkan bahwa tawassut (sikap tengah-tengah) dapat menjadi perekat perbedaan yang ada di Indonesia. 

"Dengan suku yang berbeda-beda, bahasa, dan ras berbeda, maka alat perekatnya adalah tawassut, di tengah," ujar Marsudi dalam webinar yang diadakan oleh Moya Institute, Jumat (15/10).

Dia menjelaskan, para pendiri bangsa menemukan jati diri bangsa ini sebagai negara tawassuth. Marsudi menilai, bangsa tidak liberal, tidak kapitalis dan tidak sosialis. "founding fathers, nenek moyang kita, mbah buyut menemukan jati dirinya, negara yang tawassuth," kata Marsudi.

"Dua-duanya dikumpulkan di tengah. Mengakui adanya kanan sedikit, mengakui kiri sedikit. Tidak total kanan, ekstrem dan juga tidak total kiri yang ekstrem," lanjutnya.

Marsudi menilai, Pancasila memang cocok untuk Indonesia karena berada di tengah. Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) ini juga mengatakan, masyarakat Indonesia hendaknya juga berperilaku netral (balance).