WALHI: Bencana hidrometeorologi di era Presiden Jokowi naik

Indonesia turut berkontribusi dalam pemanasan global dan perubahan iklim.

Ekskavator membuka akses jalan yang tertutup karena longsor di Kabupaten Lebak, Banten, awal 2020. Foto Antara/Bagus Khoirunas

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) menyebut ada tren kenaikkan bencana hidrometeorologi (banjir, longsor, dan angin puting beliung) di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Rinciannya, sebanyak 1.942 pada 2014, 1.668 pada 2015, 2.286 pada 2016, 2.840 pada 2017, 2.492 pada 2018, 3.722 pada 2020.

Direktur Eksekutif Nasional WALHI, Nur Hidayati mengungkapkan, Indonesia turut berkontribusi dalam pemanasan global dan perubahan iklim. Sebab, melakukan penggundulan hutan, menghancurkan lahan gambut, hingga terkait pertambangan batu bara dan PLTU. 

"Sekarang memang kita sedang berada dalam lingkaran setan. Karena dampak perubahan iklim (dan pemanasan global) berupa cuaca ekstrem, curah hujan tinggi, angin puting beliung, menerpa kita, tetapi kita tidak sadar, dan terus melakukan eksploitasi," ucapnya dalam konferensi pers virtual, Jumat (29/1).

"Sehingga, ibarat kita sekarang menggali lubang kubur kita sendiri," lanjutnya.

Sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, kata Nur, panen bencana ekologis belakangan ini masih ada kaitannya dengan penguasaan ruang berbasis izin eksploitasi sumber daya alam (SDA) oleh oligarki (kekuatan elit politik-ekonomi).