Warga Surabaya belum siap hadapi pelonggaran PSBB

Pelonggaran pembatasan sosial belum bisa diterapkan secara penuh di Surabaya.

Petugas berjaga di Jalan Rungkut Menanggal, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (26/4/2020). Foto Antara/Didik Suhartono/foc.

LaporCovid-19.org dan Social Resilience Lab Nanyang Technological University (NTU) Singapura, mengadakan survei untuk memetakan persepsi risiko warga Surabaya terhadap Covid-19. Secara keseluruhan, skor Risk Perception Index (RPI) warga Surabaya sebesar 3,42.

“Artinya, secara deskriptif, skor ini berarti warga Surabaya secara umum memiliki tingkat persepsi risiko yang cenderung agak rendah. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa kebijakan, skor ini menunjukkan bahwa pelonggaran pembatasan sosial belum bisa diterapkan secara penuh di Surabaya akibat masih rendahnya tingkat persepsi risiko warga,” ujar sosiolog bencana sekaligus Asociate Professor NTU Sulfikar Amir dalam keterangan tertulis, Jumat (17/7).

Setelah DKI Jakarta, episentrum penyebaran Covid-19 berada di Surabaya. Kebijakan tidak memperpanjangan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Surabaya bakal semakin melonggarkan aktivitas warga. Imbasnya, terjadi peningkatan jumlah kasus Covid-19. Survei persepsi risiko Covid-19 ini menunjukkan warga Surabaya belum siap menghadapi perlonggaran pembatasan sosial.

Survei dilakukan dari 19 Juni hingga 10 Juli. Survei berhasil mengumpulkan 5.904 responden yang tersebar di seluruh wilayah Surabaya. Namun, hanya 2.895 responden yang dinyatakan valid.

Survei menggunakan metode quota sampling berdasarkan variabel penduduk per kelurahan di Surabaya. Survei daring dilakukan melalui platform Qualtrics dengan bantuan Humas Pemerintah Kota Surabaya dan jaringan komunitas warga.