Pengikat belalai Gajah Perang

Entah bagaimana manajer tajir Thailand memenuhi nafsu makan bagi seluruh anggota rombongannya.

Pemain Timnas Thailand. Foto Suzukiaffcup

Ajang AFF Suzuki Cup 2020 mundur setahun karena pandemi. Kentara fobia akut dari otoritas Singapura akan bahaya virus Covid-19, semua tim peserta bagaikan terkungkung dalam kurungan. Shin Tae-yong sempat mengeluh bahwa dia dan timnya merasa terpenjara.

Turnamen dua tahunan ini disponsori produsen otomotif Suzuki. Karena itu, hak ciptanya dinamakan Piala Suzuki. Tapi yang tersedia, anehnya, bukan seperti memenuhi prosedur standar kenyamanan berkendara ala Jepang. Apalah artinya sekadar pelayanan kelas kaki lima: konsumsi nasi kotak. Cukup jauh dari syarat kelayakan kesehatan.

Tuan rumah Singapura mengurus piala ini dalam paradoks yang pantas dipertanyakan. Karena panitia takut Covid-19, pemain bisa-bisa terjangkit hepatitis sehabis pertandingan. Siapa yang akan jadi korban? Ada yang mungkin penasaran.

Entah bagaimana manajer tajir Thailand memenuhi nafsu makan bagi seluruh anggota rombongannya. Barangkali dia telah menjual kemolekan bibirnya semanis madu kepada oknum panitia buat berkomplot sepihak kongkalikong menyelundupkan aneka rupa panganan lezat di luar jatah resmi kejuaraan. Si Madam tentu pintar mengurus lobi-lobi begitu.

Bicara soal kesebelasan Thailand, bukan Vietnam yang telah merepotkan Chanathip cs dalam perhelatan kejuaraan 'nasi kotak' Suzuki, kali ini. Tapi kuda hitam, Filipina, di penyisihan Grup A.