Trofi nasi kotak buat Gajah Perang

Selain perkara nasi kotak, Irfan Jaya menjadi persoalan memusingkan yang luput diperhatikan selama ini.

Supachock Sarachat dan Chanathip Songkrasin merayakan gol Thailand. Foto affsuzukicup.com

Pemain timnas Garuda mengonsumsi nasi kotak dari panitia AFF Suzuki Cup 2020. Anehnya, tak ada pengurus PSSI yang menggubris keluhan Shin Tae-yong. Tidak terdengar sedikit pun informasi tentang inisiatif cerdas dari ofisial federasi buat membeli sendiri panganan penuh gizi dan bernutrisi dari luar hotel tempat mereka bermarkas dalam kungkungan bubble selama di Singapura.

Selain perkara nasi kotak, Irfan Jaya menjadi persoalan memusingkan yang luput diperhatikan selama ini. Winger asal PSS Sleman itu unik. Dia berlari tanpa mengembangkan tangannya melebar ke samping, tapi cenderung menutup tangan itu ke dadanya sendiri. Gayanya agak aneh, khas menunjukkan bahwa dia cuma seorang pemain yang mengandalkan bakat alam. Irfan punya kecepatan yang pasti. Tapi itu satu-satunya kelebihannya.

Gol balasan pertamanya ke gawang Malaysia di laga terakhir penyisihan Grup B, buah dari umpan tarik Witan Sulaiman. Ketika itu Irfan menunggu bola di garis kedua. Dia mencuri posisi yang semestinya ditempati Ezra Walian. Saat itu Ezra mengalah, memilih minggir lebih jauh ke sisi terluar dari area permainan.

Lantas gol kedua Irfan ke jala Khairul Fahmi juga bukan muncul dari skema serangan yang terpola sistematis. Hanya dari respons cepatnya, dia dapat menjemput bola liar hasil tendangan Pratama Arhan yang memantul ke samping.

Setelah itu dia ambyar. Irfan tidak lagi terlihat berfungsi di dua kali semifinal dan final leg pertama. Justru dia offside seandainya menyentuh bola pada gol ketiga yang merupakan bunuh diri Shawal Anuar di menit 91 semifinal leg kedua.