sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Trofi nasi kotak buat Gajah Perang

Selain perkara nasi kotak, Irfan Jaya menjadi persoalan memusingkan yang luput diperhatikan selama ini.

Arpan Rachman
Arpan Rachman Jumat, 31 Des 2021 18:58 WIB
Trofi nasi kotak buat Gajah Perang

Pemain timnas Garuda mengonsumsi nasi kotak dari panitia AFF Suzuki Cup 2020. Anehnya, tak ada pengurus PSSI yang menggubris keluhan Shin Tae-yong. Tidak terdengar sedikit pun informasi tentang inisiatif cerdas dari ofisial federasi buat membeli sendiri panganan penuh gizi dan bernutrisi dari luar hotel tempat mereka bermarkas dalam kungkungan bubble selama di Singapura.

Selain perkara nasi kotak, Irfan Jaya menjadi persoalan memusingkan yang luput diperhatikan selama ini. Winger asal PSS Sleman itu unik. Dia berlari tanpa mengembangkan tangannya melebar ke samping, tapi cenderung menutup tangan itu ke dadanya sendiri. Gayanya agak aneh, khas menunjukkan bahwa dia cuma seorang pemain yang mengandalkan bakat alam. Irfan punya kecepatan yang pasti. Tapi itu satu-satunya kelebihannya.

Gol balasan pertamanya ke gawang Malaysia di laga terakhir penyisihan Grup B, buah dari umpan tarik Witan Sulaiman. Ketika itu Irfan menunggu bola di garis kedua. Dia mencuri posisi yang semestinya ditempati Ezra Walian. Saat itu Ezra mengalah, memilih minggir lebih jauh ke sisi terluar dari area permainan.

Lantas gol kedua Irfan ke jala Khairul Fahmi juga bukan muncul dari skema serangan yang terpola sistematis. Hanya dari respons cepatnya, dia dapat menjemput bola liar hasil tendangan Pratama Arhan yang memantul ke samping.

Setelah itu dia ambyar. Irfan tidak lagi terlihat berfungsi di dua kali semifinal dan final leg pertama. Justru dia offside seandainya menyentuh bola pada gol ketiga yang merupakan bunuh diri Shawal Anuar di menit 91 semifinal leg kedua.

Tapi berulang kali, di sejumlah laga termasuk leg pertama final, Irfan membuat Witan dan Ezra menjerit frustrasi kecewa. Kedua rekan sepermainannya tidak diumpan Irfan saat posisi mereka lebih baik untuk mencetak gol. Egoisme sayap kiri itu telah menguras energi teman-temannya sendiri.

Selain Irfan, Egy MV seperti kartu mati dalam kilas balik leg pertama final. Dia dipaksakan bermain lebih ke tengah, tapi perannya nyaris tak ada. Hanya pada 2x15 menit perpanjangan waktu lawan Singapura saja winger FK Senica menunjukkan perannya. Di saat lawan berlaga dengan 9 pemain, semua musuhnya sudah lunglai kelelahan. Di hadapan Thailand, Egy menjadi bulan-bulanan empuk para punggawa Gajah Perang.

Irfan dan Egy seharusnya disorot Shin lebih teliti. Sekarang giliran Asnawi Mangkualam. Bek sekaligus kapten kesebelasan yang bersikap tidak sportif di semifinal itu menuai karma. Dicemooh penonton sepanjang dia menguasai bola di final leg pertama. Asnawi kena teror mental.

Sponsored

Shin yang berkelas Piala Dunia tampaknya tidak memiliki sistem pertahanan yang baik. Terlepas dari kesuksesannya parkir bus menahan Vietnam dengan skor kaca mata di penyisihan. Khususnya dalam caranya menangani Edo Febriansyah dan Elkan Baggott.

Edo, pelapis Arhan yang absen. Dia memaksakan diri untuk mengambil bola dari Roller dalam posisi sudah out-of-space (di sebelah luar dari gerakan penyerang yang sedang masuk ke dalam area pertahanan). Bek sayap Persita Tangerang itu mungkin grogi. Seyogyanya dia rela melepas lawan, membiarkan Rahmat Irianto berduel, mempercayai rekannya itu bertarung jantan dalam ruang permainan secara leluasa di mana bola sedang sengit diperebutkan. Akibatnya, malah fatal, Edo justru menabrak Rahmat, menimbulkan adegan paling lucu selama pergelaran AFF Suzuki Cup 2020. Thailand segera menghajar lewat gol cepat yang meruntuhkan mental bertanding Nadeo cs.

Coba diingat baik-baik bahwa Elkan masih pemain junior 19 tahun. Dia kerap kebingungan di poros belakang pada final perdananya. Begitu pula dengan trionya di jantung pertahanan baik itu Dewangga maupun Ridho. Alhasil, mereka bertiga berupaya keras menutup semua bola berbahaya yang digiring pemain lawan. Sewaktu bola itu diumpankan ke pemain lawan yang lain, tak ada satupun bek Garuda yang mengantisipasi lagi. Formasi bek yang kocar-kacir adalah potret paling jelas setelah kejutan gol cepat tadi.

Sementara Ricky Kambuaya otak permainan yang sangat liar. Dia masih tampil oke, mestinya tak perlu diganti. Apalagi hanya untuk Egy, yang begitu dimainkan kemudian terbukti langsung habis tenaga. Sejak Ricky keluar, Thailand tidak lagi kerepotan meredam serangan sporadis Indonesia.

Bisa jadi seluruh penonton akan terhibur hati melihat kembali sejumlah aksi dari pertunjukan mirip sirkus kucing gagal berburu tikus yang asyik mempermainkan bola. Trofi persembahan dari nasi kotak sebagai hadiah ASEAN Football Federation yang disponsori Suzuki buatan Jepang barangkali kali ini sekali lagi harus direlakan untuk tim Gajah Perang.

Nyaris mustahil mengejar defisit empat gol dari Thailand di final leg kedua nanti. Dan semua ini dilengkapi dengan konsumsi tanpa perikeatletan yang dipasrahkan menjadi jatah gratisan dari panitia.

Berita Lainnya
×
tekid