Bedah gesture kandidat: Pertarungan emblem Sandi vs Mar'uf

Sandiaga dan Ma'ruf menampilkan simbol-simbol verbal dan nonverbal yang punya makna khusus.

Cawapres nomor urut 01 K.H. Ma'ruf Amin (kiri) berjabat tangan dengan Cawapres nomor urut 02 Sandiaga Uno (kanan) saat mengikuti Debat Capres Putaran Ketiga di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/3)./Antara Foto

Tak seperti debat kedua antara Prabowo dan Jokowi, debat ketiga Pilpres 2019 yang mempertemukan calon wakil presiden Ma'ruf Amin dan Sandiaga Uno minim ekspresi wajah yang menarik. Namun demikian, pakar gesture Monica Kumalasari menilai debat kali ini kaya dengan simbolisasi bahasa tubuh dan gaya verbal (verbal style). 

"Nah, strata yang paling tinggi atau emblem. Emblem kan sebuah lambang. Nah, contohnya? Ini memang gaya bahasa yang diintensikan atau dimaksudkan sengaja diciptakan untuk menciptakan kesan kepada lawan atau audiensinya," ujar Monica saat dihubungi Alinea.id di Jakarta, Minggu (17/3). 

Dalam studi bahasa tubuh, Monica menjelaskan ada tiga strata. Yang pertama, bahasa tubuh manipulatif. Kedua, bahasa tubuh ilustratif. Terakhir, bahasa tubuh yang menunjukkan emblem-emblem atau simbolisasi makna. 

"Yang paling bawah itu manipulatif. Itu bisa disebut tapi tidak terlalu penting. Contohnya gaya Sandiaga betulin jas dari mau ngomong, dari duduk, banyak sekali dia benerin jas, benerin kancing. Nah, hipotesisnya mungkin kita sebut gerah atau mungkin jas kesempitan," jelas dia.

Pada bahasa tubuh ilustratif, menurut Monica, Sandi unggul. Hal itu terlihat sejak awal hingga penghujung debat. Sandi memegang pelantang dengan tangan kanan dan tangan kiri bergerak leluasa menggambarkan sesuatu. Sedangkan Ma'ruf, tangannya terlihat kaku memegang pelantang di awal debat.