Ekonom: Revolusi Industri 4.0 tidak sejahterakan petani

Pemerintah dinilai belum dapat menjawab persoalan dasar para petani di era revolusi industri 4.0 ini.

Capres nomor urut 01 Joko Widodo menyampaikan pendapatnya saat debat capres 2019 di Hotel Sultan, Jakarta, Minggu (17/2)./ Antara Foto

Sejumlah ekonom menilai pernyataan calon presiden nomor urut 01 Joko Widodo, terkait revolusi industri 4.0, terlalu menyederhanakan masalah. Sejauh ini, revolusi industri 4.0 dinilai belum menunjukkan keberpihakan pada petani.

Dalam acara debat capres kedua Minggu (17/2) malam, Jokowi mengatakan revolusi industri 4.0 bisa mendekatkan petani dengan marketplace. Hal ini membuat para petani lebih diuntungkan, karena bisa menjual langsung hasil panennya kepada pembeli.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Abra Talattof, menilai pernyataaan Jokowi tidak sepenuhnya benar.  Menurutnya, industri 4.0 belum dapat menyelesaikan persoalan dasar yang dihadapi para petani. 

"Saya kira juga sama sekali tidak bisa menjawab persoalan dasar yang mereka hadapi. Persoalan yang mereka hadapi dari sisi inputnya, bagaimana produksi mereka bisa berdaya saing dalam hal bahan baku, kemudian bagaimana mereka bisa menjangkau harga bahan baku, benih, dan pupuk," jelas Abra saat dihubungi Alinea.id, Minggu (17/2) malam.

Menurutnya, industri 4.0 yang menawarkan marketplace, juga belum mampu menjawab persoalan hidup dasar para petani, seperti pemenuhan kebutuhan pangan, hingga persoalan sekolah anak. Apalagi, selain memberikan pasar yang luas, marketplace juga memberikan banyak pesaing bagi para petani. Produk-produk impor akan berdatangan memperketat persaingan.