Elektabilitas terus melorot, Humphrey khawatir PPP kiamat

Di papan survei CSIS, PPP hanya mengantongi elektabilitas sebesar 3%.

Plt Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa (tengah) berserta jajaran pengurus berfoto bersama pada pembukaan Mukernas III Dewan Pimpinan Pusat PPP di Bogor, Jawa Barat, Rabu (20/3). /Antara Foto

Elektabilitas Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terus melorot. Dalam survei terbaru yang dirilis Center Strategic and Internasional Studies (CSIS) menemukan elektabilitas partai yang kini diketuai Suharso Monoarfa itu hanya 3%. Di survei Voxpol Center yang dirilis 12 Maret lalu, PPP mengantongi 4,1%. 

Pelaksana jabatan sementara (Pjs) Ketua Umum PPP hasil Muktamar Jakarta Humphrey Djemat mengaku khawatir PPP tidak akan lolos ambang batas parlemen 4%. Terlebih, hingga kini kubu dia dan kubu Suharso masih terbelah. 

"Jujur ini menjadi perhatian dan konsen kami, sebab jika PPP tak lolos maka ini menjadi kiamat bagi PPP," kata Humphrey kepada Alinea.id di Jakarta, Kamis (28/3).

Survei CSIS digelar pada periode 15-22 Maret 2019 dengan melibatkan 1.960 responden dari 34 provinsi. Pada periode itu, mantan Ketua Umum PPP Romahurmuziy alias Romy terjaring operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena diduga terlibat jual beli jabatan di Kementerian Agama. 

Namun demikian, menurut Humphrey, OTT Romy hanya puncak gunung es. Sejak awal, ia menilai Romy tidak becus mengelola 'modal' yang dimiliki PPP. "Lihat saja  banyak kader PPP itu yang tidak di PPP lagi, Oky Asokawati ke Nasdem terus Haji Lulung pindah ke PAN," katanya.