sun
moon
a l i n e a dot id
fakta data kata
logo alinea.id

Elektabilitas terus melorot, Humphrey khawatir PPP kiamat

Di papan survei CSIS, PPP hanya mengantongi elektabilitas sebesar 3%.

Kudus Purnomo Wahidin
Kudus Purnomo Wahidin Jumat, 29 Mar 2019 09:54 WIB
Elektabilitas terus melorot, Humphrey khawatir PPP kiamat

Elektabilitas Partai Persatuan Pembangunan (PPP) terus melorot. Dalam survei terbaru yang dirilis Center Strategic and Internasional Studies (CSIS) menemukan elektabilitas partai yang kini diketuai Suharso Monoarfa itu hanya 3%. Di survei Voxpol Center yang dirilis 12 Maret lalu, PPP mengantongi 4,1%. 

Pelaksana jabatan sementara (Pjs) Ketua Umum PPP hasil Muktamar Jakarta Humphrey Djemat mengaku khawatir PPP tidak akan lolos ambang batas parlemen 4%. Terlebih, hingga kini kubu dia dan kubu Suharso masih terbelah. 

"Jujur ini menjadi perhatian dan konsen kami, sebab jika PPP tak lolos maka ini menjadi kiamat bagi PPP," kata Humphrey kepada Alinea.id di Jakarta, Kamis (28/3).

Survei CSIS digelar pada periode 15-22 Maret 2019 dengan melibatkan 1.960 responden dari 34 provinsi. Pada periode itu, mantan Ketua Umum PPP Romahurmuziy alias Romy terjaring operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena diduga terlibat jual beli jabatan di Kementerian Agama. 

Namun demikian, menurut Humphrey, OTT Romy hanya puncak gunung es. Sejak awal, ia menilai Romy tidak becus mengelola 'modal' yang dimiliki PPP. "Lihat saja  banyak kader PPP itu yang tidak di PPP lagi, Oky Asokawati ke Nasdem terus Haji Lulung pindah ke PAN," katanya.

Lebih jauh, Humphrey mengatakan, ia bakal turun ke akar rumput untuk membantu mendongkrak elektabilitas PPP dan memastikan caleg-calegnya lolos ke Senayan. Jawa Barat menjadi salah satu destinasi Humphrey. "Karena banyak ulama PPP di sini," ujarnya. 
 
Terpisah, peneliti CSIS Arya Fernandez mengatakan, penyebab turunnya elektabilitas PPP bukan semata karena OTT Romy. Faktor utama yang menyebabkan melorotnya elektabilitas PPP karena partai berlambang kakbah itu tak punya isu menarik yang bisa digunakan untuk menjaring suara. 

"Seperti PKB dan PKS itu gencar-gencarnya menjaring suara dengan isu yang jauh lebih diterima masyarakat. Artinya, PPP kalah bersaing dengan partai Islam lainnya," katanya. 

Perpecahan internal di tubuh PPP pun turut memperparah situasi. Alhasil, PPP tak satu komando dalam menjaring suara. "Jadi terpecahnya kubu Romahurmuziy dan Djan Faridz itu membuat PPP turun elektabilitasnya," katanya.

Sponsored

Namun demikian, Arya mengatakan, PPP masih memiliki peluang untuk lolos ke Senayan. Di survei CSIS, masih ada sebanyak 18,2% undecided voters yang masih bisa 'dirayu' PPP hingga hari pencoblosan pada 17 April nanti. "Kampanye terbuka ini (harus dimanfaatkan). Kalau bisa meyakinkan mereka, kemungkinan elektabilitasnya naik jadi 4%," ujar dia. 

Berita Lainnya
×
tekid