Hoaks pemilu Indonesia tidak separah di Brasil

Hoaks di Indonesia tidak separah di Brasil karena tidak mampu membuat citra calon presiden yang bersaing amburadul.

Jokowi dan Prabowo saat debat kedua calon presiden.Alinea.id/Ahmad Rifwanto.

Kurang dari 30 hari pemilihan umum (Pemilu) di Indonesia, berita bohong atau hoaks masih banyak tersebar di sejumlah media sosial. Media asing turut menyoroti kondisi pemilu tanah air, sebab hoaks dinilai mampu memengaruhi pemilih.

Dikutip dari The Guardian, data laporan dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) menyebut sasaran hoaks adalah dua calon presiden (capres) yang saling bersaing. Dari 109 item hoaks yang beredar di masyarakat secara persentase, Joko Widodo (Jokowi) merupakan target utama hoaks paling banyak dengan presentase 28,98%. Lawannya, Prabowo Subianto dengan persentasenya sebesar 20,85%. 

Ketua Mafindo Septiaji Eko Nugroho mengatakan, target hoaks tidak hanya kandidat politik tetapi juga lembaga-lembaga pemilihan. Tujuannya, untuk mendelegitimisi lembaga terkait pemilu apabila salah satu pasangan calon (paslon) menjadi pemenang, masyarakat yang terpapar hoaks cenderung untuk tidak mempercayai hasilnya dan bisa menjadi kekacauan. 

Kondisi di Indonesia saat ini mirip dengan Brasil yang saat pemilu, banjir hoaks. Bahkan Jair Bolsonaro yang menjadi Presiden Brasil menang melawan Fernando Haddad karena menghalalkan hoaks. 

Mungkinkah kondisi ini terjadi di Indonesia?