PSI, antara posisi politik dan syahwat elektabilitas

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kembali menyerang partai-partai nasionalis pendukung Jokowi-Ma'ruf.

Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Grace Natalie menyampaikan pidato politik awal tahun 2019 yang bertema Politik Akal Sehat, Politik Kaum Muda di Bandung, Jawa Barat, Jumat (11/1). Foto Antara

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kembali mengumbar kritik terhadap rekan-rekan parpol satu koalisi. Di ajang Festival 11 di Medan, Sumatera Utara, Senin (12/3), Ketua Umum PSI Grace Natalie menyinggung partai-partai politik berhaluan nasionalis yang justru mendukung peraturan daerah (perda) syariah yang diskriminatif.

Pada kesempatan itu, Grace mengulas kasus-kasus persekusi yang dialami warga dan diabaikan partai-partai politik. Tak malu-malu, ia juga mempertanyakan sikap PDI-Perjuangan yang bahkan terlibat aktif mendukung perda-perda Syariah. 

"PSI menggugat tuan dan puan yang sudah terlalu lama duduk nyaman. Bagi mereka, politisi zaman old, PSI menghadirkan warna baru dalam perpolitikan Indonesia," katanya. 

Ketua DPP PDI-P Hendrawan Supratikno menanggapi kritik PSI dengan santai. Menurut dia, sebagai partai baru PSI belum berpengalaman dan terlihat kerap berlebihan alias lebay

"PSI pandai berkata-kata dengan diksi dan narasi yang menarik sementara kami lebih sibuk menerjemahkan ideologi ke dalam krida dan kerja politik konkret," ujar dia.