Kerja keras relawan dan dasar keilmuan di balik quick count

Hasil quick count atau hitung cepat yang dirilis beberapa lembaga survei mendapatkan protes dari kubu Prabowo-Sandiaga.

Quick count dari sejumlah lembaga survei dipermasalahkan salah satu kubu yang bertarung dalam Pilpres 2019. Alinea.id/Sulthanah Utarid.

Pada 17 April 2019, sebelum masyarakat pergi ke tempat pemungutan suara (TPS) untuk mencoblos, Asrofi Al-Kindi sudah bergegas di pagi buta. Ia berangkat ke TPS 20, Dusun Karangmulyo, Desa Tamanstriyani, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Ia harus berada di sana pukul 06.00 WIB.

Sebelumnya, pada 15 April 2019, ia sudah melakukan observasi lapangan di TPS tujuan dan mengenali medan yang akan ditempuhnya. Di TPS desa yang terletak di kaki Gunung Merbabu itu, Asrofi bertugas sebagai interviewer untuk lembaga survei Litbang Kompas.

Pekerja di balik quick count

Di TPS tersebut, Asrofi dibebani tugas untuk meliput, mengecek lokasi TPS, melakukan survei exit poll terhadap empat orang pemilih yang sudah mencoblos, menunggu hasil penghitungan suara, serta mendokumentasikan TPS, panitia, saksi, dan formulir C1 yang sudah ditandatangani Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS).

“Semuanya nanti dilaporkan pada Litbang Kompas di pusat (Jakarta), lewat konfirmator,” katanya kepada reporter Alinea.id, Rabu (24/4).