Survei jangan jadi alat pemecah belah

Hasil survei merekam elektabilitas Prabowo-Sandi dan Jokowi-Ma'ruf kerap tak seragam.

Wartawan melihat hasil survei nasional Alvara Research Center dengan tema

Meskipun berbasis metode ilmiah, tak semua hasil survei kredibel dan benar-benar merekam dinamika politik di lapangan. Menurut pengamat politik Universitas Al-Azhar Indonesia Ujang Komarudin, ada hasil survei yang memang sengaja dirilis untuk memengaruhi psikologi masyarakat. 

"Tentu ketika berbicara lembaga survei itu pasti 80% kredibel. Jadi ada lembaga yang bisa dipertanggungjawabkan, dan ada juga yang tidak. Dan memang ada di ilmu statistik itu juga cara berbohong dengan menggunakan statistik," kata Ujang dalam diskusi "Mengukur Lembaga Survei" di kawasan Cikini, Jakarta, Rabu (20/3).

Karena itu, Ujang menyarankan agar masyarakat berhati-hati dalam membaca hasil survei. "Jangan mudah percaya dengan hasil yang dipaparkan lembaga survei jika hasilnya agak mencolok," ujar Direktur Indonesia Political Review (IPR) itu. 

Jelang pencoblosan lembaga survei ramai-ramai mengeluarkan hasil survei elektabilitas pasangan calon Jokowi-Ma'rut dan Prabowo-Sandi. Rata-rata hasil survei menunjukkan pasangan petahana masih unggul jika dibandingkan pasangan penantang. 

Survei LSI Denny JA, Populi Center, Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Cyrus Network misalnya, menempatkan elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf unggul hingga lebih dari 20%. Di lain sisi, hasil survei SPIN dan Indomatrik memangkas jarak elektabilitas hingga di bawah satu dijit, yakni selisih sebesar 8% di survei SPIN dan sebesar 3,9% di hasi sigi Indomatrik.