Padahal sejak Maret 2020, Azerbaijan menutup semua perbatasan darat demi menekan penyebaran COVID-19.
Di tengah ketegangan geopolitik yang meningkat setelah serangan rudal Israel ke Iran, perbatasan darat Azerbaijan yang selama lebih dari lima tahun ditutup rapat-rapat tiba-tiba terbuka—setidaknya sebagian. Kali ini, bukan untuk turis atau pedagang, melainkan atas nama kemanusiaan.
Pemandangan tak biasa pun muncul di gerbang perbatasan yang biasanya sepi. Ribuan orang—kebanyakan bukan warga Iran—melintasi jalur darat dari wilayah Iran menuju Azerbaijan. Sebagian datang dengan harapan menemukan perlindungan, sebagian lain mencari jalan pulang.
Padahal sejak Maret 2020, Azerbaijan menutup semua perbatasan darat demi menekan penyebaran COVID-19. Penutupan itu diperpanjang berkali-kali, dan kini dijadwalkan berlangsung hingga Juli 2025. Selama itu pula, tak sedikit suara-suara dari masyarakat yang merasa terkunci di negeri sendiri—secara harfiah dan sosial.
Di daerah-daerah perbatasan, warga mengeluh kerugian ekonomi akibat lumpuhnya perdagangan lintas batas. Para pekerja migran yang menggantungkan hidup di Rusia dan negara tetangga lainnya juga terjebak di luar negeri, tanpa kepastian kapan bisa pulang.
Namun kini, dalam suasana tegang yang melibatkan Israel dan Iran, Azerbaijan memberikan celah.