Tak hanya di Barcelona, protes serupa juga berlangsung di Ibiza, Malaga, Palma de Mallorca, San Sebastian, dan Granada.
Di tengah lalu-lalang wisatawan dan riuhnya musim panas, ribuan warga turun ke jalan di kota-kota Eropa selatan pada Minggu (15/6). Massa menyerukan protes terhadap apa yang mereka sebut sebagai overtourism—ledakan jumlah wisatawan yang dinilai telah mengusik kehidupan sehari-hari mereka.
Pusat aksi berlangsung di Barcelona, kota ikonik yang setiap tahunnya menyedot jutaan pelancong. Dengan penuh semangat namun damai, para demonstran menyemprotkan air dari pistol mainan ke jendela toko, menyulut asap warna-warni, dan menempelkan stiker bertuliskan "Bela lingkungan, wisatawan pulang!" di berbagai titik, termasuk hotel.
"Liburanmu, deritaku," teriak massa sambil mengangkat spanduk bertuliskan “pariwisata massal membunuh kota” dan “keserakahan mereka membawa kehancuran.”
Aksi ini bukan gerakan spontan. Di bawah payung aliansi SET (Sud d’Europa contra la Turistitzacio atau “Eropa Selatan Menentang Pariwisasi”), warga dari Spanyol, Italia, hingga Portugal bersatu menuntut pembatasan arus wisatawan. Mereka menilai ledakan pariwisata telah menaikkan harga properti secara tak terkendali dan memaksa banyak penduduk lokal meninggalkan lingkungan tempat tinggal mereka.
Barcelona sendiri mencatat 26 juta kunjungan wisatawan sepanjang 2023—angka yang mencolok mengingat populasi kota hanya 1,6 juta jiwa. Di sisi lain, pemerintah kota telah menyatakan rencana untuk menghentikan penyewaan apartemen bagi wisatawan mulai 2028, sebagai upaya membuat kota lebih nyaman bagi penduduk tetap.