Bahkan negara-negara maju yang berkomitmen terhadap energi hijau tidak serta merta menyerahkan ruang hidupnya kepada industri, meskipun berkedok teknologi bersih.
Di pinggiran Tonsley, selatan Adelaide — salah satu wilayah terkering di Australia — suara riuh tak datang dari mesin pabrik, melainkan dari warga yang berdiri tegak menjaga ruang hijaunya. Dengan spanduk bertuliskan “Trees Not Teslas”, Neon dan Zane memimpin gerakan menolak pembangunan pabrik daur ulang baterai Tesla di lahan yang selama ini ditumbuhi sekitar 60 pohon dewasa.
Bagi sebagian orang, ini mungkin sekadar penolakan terhadap proyek industri. Namun, bagi banyak warga Australia, ini adalah pernyataan tegas: transisi energi hijau tidak bisa mengorbankan lingkungan yang tersisa.
Lingkungan paling utama
Kampanye warga Tonsley tak hanya menyoroti figur kontroversial Elon Musk, pemilik Tesla, tetapi juga mengangkat kekhawatiran yang lebih dalam — soal degradasi lingkungan, hilangnya ruang hijau, dan potensi risiko kesehatan dari tanah terkontaminasi. Meski lahan itu telah dipagari sejak 2016 karena mengandung trikloroetilen (TCE), zat karsinogenik yang dilarang di AS, warga tak ingin solusi atas polusi justru menciptakan masalah baru.
“Penebangan pohon di lokasi ini bisa memperburuk kebocoran kontaminan ke tanah dan air bawah tanah,” kata Kirsty Bevan dari Dewan Konservasi Australia Selatan. “Pohon dewasa berfungsi menahan polutan. Menebangnya hanya memperparah risiko kesehatan.”
Tesla berjanji akan menanam pohon pengganti, tapi warga menganggap itu tak sebanding. Menurut mereka, memindahkan pencemaran dengan beton bukanlah penyelesaian, tapi pembungkaman.