Komisi I DPR: Anggaran alutsista 1.760 T sulit dongkrak sistem pertahanan

Anggaran pertahanan perlu dibelanjakan di dalam negeri melalui produksi alat-alat pertahanan.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto saat menjajal kendaraan taktis produksi PT Pindad /Foto dok Pindad.

Ketua Komisi I DPR 2010-2016 Mahfuz Sidik menyampaikan, anggaran Rencana Strategis (renstra) Pertahanan Indonesia Rp1.760 triliun untuk periode 2020-2044 yang dipercepat ke 2024, masih sulit untuk mendongkrak kapabilitas sistem pertahanan. Menurutnya, kekuatan militer suatu negara harus ditopang dengan kekuatan industri pertahanan yang memproduksi alat pertahanan sendiri di dalam negeri.

"Artinya, belanja pertahanan juga dibelanjakan di dalam negeri dengan memproduksi alat-alat pertahanan seperti negara maju, Amerika dan Prancis yang berada di lima besar kekuatan pertahanan dunia," kata Mahfuz dalam keterangannya, Kamis (3/5).

Pernyataan Mahfuz itu disampaikan dalam diskusi Partai Partai Gelombang Rakyat (Gelora) bertajuk 'Reformasi Sistem Pertahanan Nasional dan Urgensi Modernisasi Alutsista TNI' di Gelora Media Centre, Jakarta, Rabu (2/5) sore.

Sementara Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta menegaskan, Indonesia harus menjadi kekuatan lima besar dunia sejajar dengan Amerika Serikat, Uni Eropa, Rusia dan China.

"Ketika kita ingin menjadikan Indonesia sebagai lima besar dunia, maka maknanya adalah secara militer Indonesia juga menjadi kekuatan militer kelima dunia," kata Anis Matta dalam diskusi tersebut.