Balada kegaduhan Prabowo, tiru strategi Trump

Prabowo kembali membuat gaduh dengan melontarkan pernyataan kontroversial dalam safari politiknya di Depok. Apa motif ia sebenarnya?

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (tengah) menyalami kader dan simpatisan pada acara

Ketua Umum DPP Partai Gerindra Prabowo Subianto baru-baru ini kembali melempar opini yang memicu kegaduhan dalam kancah politik di Indonesia. Sebelumnya ia sempat meramal Indonesia tengah di fase senjakala dan tamat pada 2030, yang kemudian jadi viral.

Tidak hanya itu, ia mengaku menyesal tidak melakukan kudeta pada 1998 silam berlanjut ke pernyataan bahwa 80% kekayaan negara dikuasai oleh 1% golongan. Pernyataan lainnya, pada kampanye pemenangan Sudrajat-Ahmad Syaikhu di Depok, Jawa Barat ia berujar kapok pada elit di pemerintahan termasuk partai politik. Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta juga tidak lepas mendapatkan sindiran, dengan menyatakan penyesalannya telah menunjuk Ahok sebagai kandidat DKI-2, pada pilkada DKI Jakarta 2012 silam. 

Direktur Eksekutif Indo Barometer, Muhammad Qodari mengatakan apa yang dilakukan Prabowo meniru strategi perang Donald Trump di Amerika Serikat (AS). Sebelas dua belas, mereka sama mempertentangkan kalangan bawah dan atas, dan "menjual" persoalan kesenjangan.

Selanjutnya, mencoba mereproduksi rasa takut, seperti di Amerika yang menjadikan ancaman asing sebagai ketakutan bersama. Donald Trump dalam kampanyenya kerap menjadikan China sebagai musuh yang harus diwaspadai dan upaya ini berhasil.

“Awas ada ancaman dari Islam, awas tenaga kerja imigran. Jadi menurut saya agak mirip (dengan Prabowo), yang disebarkan adalah pesimisme dan ketakutan,” katanya.