Bara dalam sekam di 'DPP Airlangga'

Hanya empat loyalis Bambang Soesatyo yang ditunjuk menjadi pengurus di DPP Golkar oleh Airlangga.

Kepengurusan gemuk Golkar yang disusun Airlangga Hartarto menyimpan potensi konflik. Ilustrasi Alinea.id/Dwi Setiawan

Bagi Tim 9, konflik internal di Partai Golkar belum usai. Tim itu menganggap susunan kepengurusan baru Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Golkar di bawah Airlangga Hartarto tidak mencerminkan semangat rekonsiliasi. Itu setidaknya terlihat dari mayoritas jabatan strategis yang dikuasai kader-kader pro-Airlangga.

"Persaingan munas (musyawarah nasional) kan selesai dengan dia (Airlangga) menang. Tetapi, sebagai pemimpin kan dia harus antisipasi apakah kebijakan yang dia keluarkan itu memicu perpecahan atau membuat Golkar solid," kata juru bicara Tim 9 Viktus Murin saat berbincang dengan Alinea.id di Jakarta, Senin (27/1).

Tim 9 dibentuk sebelum Munas X Golkar dihelat di Jakarta, Desember 2019 lalu. Tim itu umumnya beranggotakan para loyalis Bambang Soesatyo (Bamsoet). Sebelum perhelatan munas, Bamsoet merupakan salah satu kader terkuat pesaing Airlangga untuk posisi ketua umum. 

Akan tetapi, Bamsoet bersama sejumlah calon lainnya memutuskan mengundurkan diri dari pencalonan. Keputusan mundur itu diumumkan setelah Bamsoet bertemu dengan Airlangga di Kemenko Maritim, kantor Luhut Binsar Pandjaitan. 

Bamsoet, kata Viktus, sudah mengantongi kesepakatan politik dengan Airlangga di pertemuan itu. Salah satunya ialah struktur kepengurusan yang bakal melibatkan para loyalis Ketua MPR itu. Namun, saat susunan kepengurusan baru diumumkan di DPP Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Rabu (15/1) lalu, Tim 9 kecele.