Cara NasDem bertahan saat tenggelam di lingkaran Jokowi

Caleg artis menjadi pegangan NasDem agar dapat menembus ambang batas parlemen.

Sejumlah artis hadir untuk pendaftaran bakal calon legislatif di KPU Pusat, Jakarta, Senin (16/7)/Antara Foto

Elektabilitas Joko Widodo (Jokowi) yang tinggi membuat sejumlah partai politik (parpol) bergabung dalam barisan pendukungnya. Salah satu yang diharapkan, parpol-parpol ini mendapat Jokowi effect dengan peningkatan elektabilitas.

Namun nyatanya, tak semua partai pendukung Jokowi mendapatkan manfaat ini. Hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dilakukan pada 19 April hingga 5 Mei 2018 membuktikan hal ini.

Dalam hasil survei yang dirilis pada Kamis (19/7), terungkap NasDem sebagai salah satu partai pendukung kuat Jokowi, tak mendapat efek yang diharapkan. LIPI bahkan memprediksi NasDem gagal melenggang ke Senayan, karena tak dapat mencapai ambang batas parlemen atau parlementary threshold. Dalam survei yang melibatkan 2.100 responden, elektabilitas NasDem berada di angka 2,1%. Lebih parah adalah Hanura dengan elektabilitas hanya 1,2%.

Pengamat politik dari Universitas Al-Azhar, Ujang Komarudin menyebut hasil survei ini menjadi bukti kegagalan NasDem meraih Jokowi effect. Padahal NasDem cukup gencar mengidentikkan partai dengan Jokowi, seperti tagline "Jokowi Presidenku, NasDem Partaiku" yang digunakan di beragam iklan Partai NasDem.

Apa yang terjadi pada NasDem, berbanding terbalik dengan PDI Perjuangan yang menikmati potongan besar dari kue elektabilitas Jokowi. Hasil survei LIPI bahkan menyebut PDI Perjuangan menjadi partai dengan elektabilitas tertinggi dengan perolehan 24,1%.