PKS dinilai lebih berhak mendapat jatah cawapres pendamping Prabowo Subianto.
Dinamika politik di koalisi pendukung Prabowo Subianto dinilai makin rumit pascamerapatnya Partai Demokrat. Sebab meski Demokrat membantah meminta jatah kursi calon wakil presiden (cawapres) untuk Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), namun hasrat tersebut diyakini masih ada.
Hanya saja, menurut Direktur Eksekutif Indonesia Public Institute (IPI), Karyono Wibowo, PKS-lah yang lebih berhak mendapatkan kursi pendamping Ketua Umum Partai Gerindra ketimbang partai lain. Sebab sejak awal, PKS telah berkorban banyak untuk Partai Gerindra.
"Ya kita lihat saja di Pilkada DKI Jakarta, PKS itu berperan besar dalam memenangkan Anies-Sandi, dan kalau kita lihat dinamika politik ini juga, PKS sudah sejak awal bersama Gerindra, dibanding Partai Demokrat yang notabene baru saja bergabung," katanya di gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Selasa (31/7).
Menurutnya, kondisi ini membuat koalisi Prabowo semakin berada di situasi rumit. Hal ini tentu memberi kerugian tersendiri pada koalisi pendukung Prabowo. Terlebih koalisi pendukung capres petahana, Joko Widodo (Jokowi), jauh lebih solid untuk meraih kemenangan di Pilpres 2019.
"Kalau dibilang, lebih settle mana? Ya lebih settle koalisi pak Jokowi, karena dinamika koalisi pak Prabowo lebih keras pascaDemokrat masuk. Demokrat bawa AHY dan PKS juga ingin calon yang diusungnya, yaitu Ustad Abdul Somad dan Habib Assegaf Al Jufri agar dipilih Prabowo," tutur dia.