Selimut politik stafsus milenial Jokowi

Langkah Jokowi menunjuk tujuh stafsus milenial diwarnai banjir kritik.

Presiden Joko Widodo memperkenalkan tujuh stafsus dari kalangan milenial. /Antara Foto

Sebulan setelah hasil Pilpres 2019 diumumkan Komisi Pemilihan Umum (KPU), Gracia Billy Mambrasar dipanggil ke Istana Negara, Jakarta. Di Istana, pendiri Yayasan Kitong Bisa itu bertemu langsung dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Bersama Jokowi, Billy kemudian mendiskusikan persoalan-persoalan yang dihadapi masyarakat di timur Indonesia. 

Sejak Juni itu, Billy mengaku berulangkali bertemu orang nomor 1 di republik ini. Menurut Billy, ia tidak tahu sedang 'diincar' Jokowi. Karena itu, saat Jokowi menyodorkan jabatan staf khusus presiden kepadanya dalam sebuah pertemuan pada awal November, Billy tak serta merta menerima. 

"Sebab kami sudah punya karya. Saya sudah punya pekerjaan. Saya sudah punya kegiatan untuk membangun bangsa. Kalau saya mengambil jalan tanggung jawab lebih lagi. Bagaimana saya mengelola semua," ujar Billy kepada Alinea.id di Jakarta, Selasa (26/11).

Yayasan Kitong Bisa merupakan lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pendidikan untuk anak-anak di Papua. Didirikan pada 2009, yayasan itu kini telah memiliki 158 relawan dan mengoperasikan sembilan pusat pendidikan. "Tanggung jawab itu sempat membuat saya ragu menerima tawaran staf khusus presiden," jelas Billy. 

Namun demikian, Billy akhirnya menerima pinangan Jokowi. Sambil lesehan di teras Istana Negara, Jakarta, Jokowi mengumumkan nama Billy dan enam orang stafsus lainnya. Semuanya masih berusia di bawah 40 tahun alias berasal dari kalangan milenial.