Empat cagub Kalimantan Timur tersandera catatan hitam

Dinamisator JATAM menjelaskan, wajah lama yang berlaga kembali dalam pilkada Kaltim, memiliki catatan kelam di bidang lingkungan.

Terdakwa kasus suap pemberian izin lokasi perkebunan di Kutai Kartanegara Rita Widyasari mengikuti sidang lanjutan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Rabu (7/3)./ Antarafoto

Pengalihfungsian kebun dan sawah sebagai areal tambang jadi pemandangan biasa di wilayah Kalimantan Timur (Kaltim). Sementara pemimpin daerah setempat, dari masa ke masa cenderung menganggap ini sebagai kewajaran. Tak heran jika praktik eksploitasi lingkungan kerap menunggangi agenda pilkada di sana. Sebab wilayah ini pun dikenal dengan kekayaan sumber daya tambangnya.

Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Pradarma Rupang menjelaskan, wajah lama yang berlaga kembali dalam hajatan pilkada Kaltim, memiliki sejumlah catatan kelam di bidang lingkungan. Mereka yang telah lama duduk dalam kekuasaan politik, saat menjabat tak memberikan manfaat bagi keselamatan rakyat dan lingkungan hidup di Kaltim. Komitmen para kandindat untuk merampungkan persoalan krisis sosial dan ekologi pun nihil.

Bahkan, para kandidat yang akan bertarung di pemilihan gvubernur (pilgub) mendatang, lanjutnya, menggantungkan industri ekstraktif untuk mengeruk sumber pendanaan utama.

Lebih rinci, Darma menyebutkan dari empat pasangan calon (paslon) yang bertarung, tak ditemukan sikap kritis mereka atas krisis lingkungan setempat. Pasangan nomor urut ke-1, Andi Sofyan Hasdam-Rizal Effendi yang disokong Partai Golkar tak punya rekam jejak dalam upaya konservasi lingkungan, terutama pasca penambangan batubara yang membabi buta di sana.

Partai Golkar sendiri di mata Darma, memang selalu mendukung calon pemimpin yang kerap berselingkuh dengan korporasi untuk mengeksploitasi alam Kaltim. Sebelumnya partai berlambang beringin itu juga menjadi kendaraan politik Rita Widyasari, kandidat Gubernur Kaltim yang terciduk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).