Gagal deklarasi, Koalisi Perubahan retak?

Pengunduran deklarasi diklaim karena belum menemui titik temu pendamping Anies Baswedan.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan (kedua kanan), foto bersama Presiden PKS, Ahmad Syaikhu (kiri); Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY (kedua kiri); Ketua Umum DPP Partai NasDem, Surya Paloh (tengah); dan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (kanan); di acara pernikahan anggota Fraksi Partai NasDem DPR, Sugeng Suparwoto, pada Minggu (18/9/2022). Twitter/@AndiArief__

Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, menilai batalnya deklarasi Koalisi Perubahan tak lain karena belum adanya titik temu tentang siapa yang akan diusung menjadi calon wakil presiden (cawapres) untuk mendampingi Anies Baswedan. Kendati demikian, Koalisi Perubahan diyakini tidak akan retak, sebab adanya kesamaan kepentingan.

Koalisi Perubahan yang terdiri dari Partai Nasdem, PKS, dan Partai Demokrat sedianya mendeklarasikan capres-cawapres pada hari ini atau tepat di Hari Pahlawan, Kamis (10/11). Namun, hal itu diurungkan karena PKS dan Demokrat belum bersedia.

"Koalisi pendukung Anies masih mencari titik temu, terutama penentuaan kursi cawapres. Paling tidak harus ada yang mengalah. Mungkin saja dengan adanya jaminan sebagai pemimpin koalisi atau jatah menteri yang lebih besar. Ya, deal-dealnya pasti berada di ranah itu," ujar Arifki di Jakarta, Kamis (10/11).

Arifki mengatakan, bahwa ada beberapa penyebab deklarasi Koalisi Perubahan ini gagal pada momentum Hari Pahlawan.

Pertama, Nasdem sudah diuntungkan karena telah mendeklarasikan Anies lebih awal, sedangkan Demokrat dan PKS harus berebut kursi cawapres. Demokrat ingin mengusung Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), sebaliknya PKS ingin menduetkan Anies dengan Ahmad Heryawan atau Aher.