Tanda-tanda koalisi Gerindra-PKB tampak tak langgeng prawacana Prabowo-Ganjar muncul

Gerindra dan PKB telah bersepakat membangun koalisi dalam menghadapi Pilpres 2024 sejak Agustus 2022.

Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, berjabat tangan dengan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, usai melakukan pertemuan di Kertanegara, Jakarta, pada Sabtu (18/6/2022). Foto Antara/Muhammad Adimaja

Isu mengawinkan Menteri Pertahanan (Menhan), Prabowo Subianto, dengan Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo, pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mengemuka seiring adanya pujian Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada keduanya.

Hal tersebut pun bakal berdampak terhadap koalisi Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), yang telah dideklarasikan pada Agustus 2022. Bahkan, Ketua Umum DPP PKB, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, mengancam akan mencari mitra kongsi anyar jika Prabowo berpasangan dengan Ganjar.

Menurut Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic), Ahmad Khoirul Umam, tanda-tanda tak langgengnya koalisi Gerindra-PKB sudah tampak sebelumnya. Pangkalnya, hingga kini belum menetapkan pasangan calon presiden (capres)-calon wakil presiden (cawapres) yang akan diusung. Padahal, Cak Imin terbilang ikhlas sebagai kandidat RI-2.

"Sejak awal, Cak Imin cukup legowo menjadi cawapres Prabowo. Namun, Prabowo dan Gerindra sendiri tampak tidak percaya dengan kapasitas Cak Imin dalam mendongkrak elektabilitasnya guna memenangkan kontestasi Pilpres 2024," katanya dalam keterangannya, Selasa (22/11).

"Sehingga, meskipun sudah deklarasi koalisi, nama cawapres tetap dikosongkan dan Gerindra bermain 'dua kaki' untuk tetap mencari tokoh potensial cawapres yang bisa membantu mewujudkan ambisinya sebagai presiden," imbuhnya.