Insentif nakes disunat saat Covid-19 mengganas, politikus PKS: Tak manusiawi

Anggota Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati soroti pemotongan insentif tenaga kesehatan.

Dokter RSUD Kota Bogor melakukan pemeriksaan terhadap pasien suspect virus COVID-19 saat simulasi di ruang isolasi RSUD Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (4/3/2020)/Foto Antara Arif Firmansyah

Pemotongan insentif tenaga kesehatan dianggap ironi di tengah lonjakan kasus Covid-19. Terlebih pemberian insentif masih ada yang tertunda.

"Inikah cara pemerintah berterimakasih kepada tenaga kesehatan yang selama pandemi menjadi pahlawan tanpa tanda jasa? Pembayaran untuk tenaga kesehatan daerah masih banyak tertunda dan tiba-tiba sekarang besaran insentif tenaga kesehatan diturunkan. Sungguh sangat tidak manusiawi," kata anggota Komisi IX DPR RI Kurniasih Mufidayati, dalam keterangannya, Kamis (4/2).

Menurutnya, pemerintah tidak punya kepekaan terhadap beban kerja para tenaga kesehaan yang semakin berat tiap harinya dan mempertaruhkan nyawa dengan risiko tinggi terpapar Covid-19, bila mengurangi insentif tersebut.

"Sampai 27 Januari sudah 647 tenaga kesehatan yang wafat terpapar covid-19 dan menjadi yang tertinggi di Asia. Paling banyak juga terjadi di bulan Desember ketika jumlah kasus positif sedang tinggi seperti juga di awal tahun ini," terang dia.

Politikus PKS ini khawatir, potongan insentif yang cukup besar itu bisa berakibat loyonya semangat juang dan mental para petugas medis ini, meskipun dia meyakini jiwa pengabdian para tenaga kesehatan ini sangat tinggi.