Koalisi dengan PKB pupus, Gerindra dan Prabowo siap-siap merugi

Nasib koalisi Gerindra-PKB dikabarkan di ujung tanduk seiring munculnya wacana menduetkan Prabowo Subianto dengan Ganjar Pranowo.

Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, dan Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, memberikan keterangan kepada awak media usai melakukan pertemuan di Kertanegara, Jakarta, pada Sabtu (18/6/2022). Foto Antara/Muhammad Adimaja

Nasib koalisi Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dikabarkan di ujung tanduk seiring mencuatnya wacana menduetkan Menteri Pertahanan (Menhan), Prabowo Subianto, dengan Gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo. 

PKB pun telah menyebarkan ancaman bakal membangun koalisi dengan partai politik (parpol) lain dalam menghadapi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Lantas, apa ruginya bagi Gerindra, khususnya Prabowo, jika gagal berkoalisi dengan PKB?

"Yang pasti jika Prabowo tidak jadi menggandeng Cak Imin (Ketua Umum DPP PKB, Muhaimin Iskandar, red), maka dukungannya dari basis pemilih Islam akan mengalami defisit," kata Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (Indostrategic), Ahmad Khoirul Umam, dalam keterangannya.

Dirinya berpendapat demikian lantaran kelompok Islam konservatif sudah terlanjur kecewa dengan langkah Prabowo bergabung dengan pemerintaha Joko Widodo (Jokowi). Selain itu, kian sulit menarik simpati dari warga Nahdlatul Ulama (NU).

"Sedangkan basis pemilih Nahdiyin selaku representasi dari kelompok Islam moderat tidak mudah dimobilisir karena Prabowo tidak menggandeng tokoh nahdiyin dan trauma para kiai pasca-Pemilu 2014 dan 2019 masih cukup kuat," imbuhnya.