Konsep pertahanan Prabowo dinilai ketinggalan zaman 

Menyiapkan pasukan 'rakyat' sebagai kekuatan tambahan sudah tak lagi relevan di era digital.

Menteri Pertahanan Prabowo Subianto (tengah) bersiap mengikuti rapat bersama Komisi I DPR di kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (11/11). /Antara Foto

Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Universitas Padjadjaran (Unpad) Muradi menilai konsep pertahanan semesta yang dikemukakan Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto ketinggalan zaman. Menurut Muradi, menyiapkan pasukan 'rakyat' untuk menghadapi kemungkinan terjadinya perang sudah tak lagi relevan di era digital. 

"Pertahanan semesta itu idenya terlalu konservatif. Karena tantangannya udah jauh dari itu. Bagaimana cara melawan, misalnya, perang rakyat semesta dengan model perang digital hari ini, cyber war. Artinya enggak mungkin dilakukan secara simultan," kata Muradi saat dihubungi Alinea.id di Jakarta, Senin (11/11).

Sebelumnya, Prabowo menekankan konsep pertahanan semesta dengan pembentukan komponen cadangan militer untuk menghadapi serangan yang mungkin dilancarakan oleh negara lain. Menurut dia, Indonesia sulit untuk mengalahkan negara lain dari sisi teknologi pertahanan. 

"Terus terang saja, pertahanan kita selama ini, selama sejarah dan saya kira sampai sekarang berlaku, dan mungkin kita akan teruskan adalah bahwa pertahanan kita harus mendasarkan dan kita gunakan adalah pertahanan rakyat semesta," ujarnya dalam rapat kerja bersama Komisi I di DPR, hari ini. 

Jika mengacu pada konsep itu, menurut Prabowo, Indonesia tidak akan jatuh ke negara lain jika diserang meskipun infrastruktur dan fasilitas publik hancur. "Saya yakin Indonesia tidak mungkin diduduki oleh bangsa lain karena seluruh rakyat akan menjadi komponen pertahanan negara ini," ujar mantan Danjen Kopassus itu.