"Prabowo punya partai dengan suara besar, sedangkan Jokowi tidak".
Calon presiden (capres) nomor urut 2, Prabowo Subianto, disebut-sebut berpeluang mengkhianati Presiden Joko Widodo (Jokowi) jika memenangi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Pangkalnya, Ketua Umum Partai Gerindra itu memiliki kekuatan politik, sedangkan petahana tidak setelah purnabakti pada Oktober tahun depan.
"Jokowi nanti tidak lagi menjadi presiden dan berkuasa seperti saat ini. Jadi, potensi pengkhianatan akan terjadi. Apalagi, Prabowo punya partai dengan suara besar, sedangkan Jokowi tidak," beber eks aktivis '98, Azwar Furgudyama, di Tangerang Selatan, Banten, pada Senin (18/12).
Sekalipun tidak mengutarakannya secara eksplisit, Jokowi diketahui mendukung Prabowo pada Pemilu 2024. Ini terlihat dari penempatan putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai calon wakil presiden (cawapres) Prabowo.
Sementara itu, kekuatan Gerindra di setiap pemilu terus bertambah, yang ditunjukkan dengan perolehan kursinya di DPR. Pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2009, yang pertama kali diikuti, Gerindra meraih 26 dari total 560 kursi di Senayan dan bertengger di peringkat ke-8 karena meraih 4,646 juta suara.
Lalu, menjadi 73 dari total 560 kursi DPR karena meraih 14,76 juta suara sehingga berada di urutan ke-3 pada Pileg 2014. Pada Pileg 2019, Gerindra naik ke peringkat ke-2 dengan meraih 17,59 juta suara sehingga mmendapatkan 78 dari total 575 kursi DPR.