Menimbang calon pemimpin dari tokoh agama

Lembaga survei Alvara menemukan kombinasi Nasionalis-Islam mendapatkan dukungan masyarakat, yaitu 89,9%.

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin (kanan) memotong tumpeng, disaksikan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (kiri) dan Ketua Umum PPP Muhammad Romahurmuziy (tengah)/AntaraFoto

Beberapa bulan lagi pelaksanaan pilpres akan memasuki tahapan penting, yakni pendaftaran Calon Presiden dan Wakil Presiden. Setidaknya sudah ada dua nama yang berpotensi mendaftarkan diri sebagai Calon Presiden, yakni petahana Joko Widodo dan Prabowo. Memang masih ada kemungkinan memunculkan nama lain, tetapi peluangnya kecil.

Dari sekian banyak nama yang muncul untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden, ada beberapa nama yang memiliki latar belakang sebagai tokoh agama. Muncul sebagai alternatif beberapa nama yang telah mencuat sebelumnya, sekaligus melengkapi calon yang telah ada. 

Apalagi lembaga survei Alvara menemukan kombinasi Nasionalis-Islam mendapatkan dukungan masyarakat, yaitu 89,9%. Lembaga survei Alvara melibatkan 2.203 responden dalam penelitian yang dilaksanakan pada 17 Januari–7 Februari 2018 di seluruh provinsi di Indonesia. Pendekatan yang digunakan ialah riset kuantitatif dilakukan dengan wawancara tatap muka dengan menggunakan kuesioner.

Hasil survei tersebut nampaknya memperkuat hasil survei yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada Desember 2017. LSI mencatat sentimen agama terus meningkat pada 2016-2017. Sebanyak 71,4% dari 1200 responden merasa pentingnya memilih calon gubernur dan calon wakil gubernur Jakarta yang memiliki kesamaan agama.

Dampaknya juga akan terasa pada pemilihan presiden (pilpres) 2019. Dua calon presiden (capres) terkuat, yakni Joko Widodo alias Jokowi dan Prabowo Subianto, dinilai sebagai sosok nasionalis. "Menguatnya sentimen agama menuntut kedua tokoh ini agar mencari pendamping dari kalangan Islam," kata peneliti LSI Taufik Febri di Bakoel Koffie, Cikini, Sabtu, (27/1).