Muktamar Bali dan hegemoni Cak Imin di PKB

Cak Imin menyingkirkan kader-kader yang potensial memunculkan matahari kembar di PKB.

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar menyingkirkan kader-kader yang potensial mengancam kekuasaannya. Alinea.id/Dwi Setiawan

Sebuah pesan singkat masuk ke telepon seluler (ponsel) politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Abdul Kadir Karding tak lama setelah Muktamar PKB dihelat di Bali, dua pekan lalu. Di layar ponsel, tertera nama sejawat Karding di PKB, Ida Fauziah. 

Dalam pesan singkat itu, Ida menanyakan kesediannya menjadi fungsionaris partai di struktur kepengurusan PKB yang baru. Karding menolak tawaran itu. Menurut Karding, tawaran itu hanya basa-basi politik dari Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau yang akrab disapa Cak Imin. 

"Kader-kader yang mengisi tawaran ketersediaan tersebut nyatanya banyak yang tidak masuk. Yang tidak ngisi, (justru) banyak yang masuk. Jadi, ini bukan masalah pesan kesediaan," ujar Karding saat berbincang dengan Alinea.id di Hotel Sentral, Jakarta Pusat, Rabu (28/8). 

Di Muktamar Bali, Cak Imin kembali dikukuhkan sebagai ketum. Karding yang sebelumnya menjabat sebagai Sekjen PKB tidak diundang. Sekjen PKB periode 2014-2019 Lukman Edy dan sejumlah kader juga bernasib serupa. 

Absennya Karding dan kawan-kawan ditengarai erat kaitannya dengan gagalnya Cak Imin menjadi cawapres Jokowi di Pilpres 2019. Ketika itu, Cak Imin sempat mengancam bakal membawa PKB keluar dari gerbong Koalisi Indonesia Kerja (KIK).